WELCOME

SELAMAT DATANG - HORAS

Pembaca dapat mengambil isi blog secara bebas dengan syarat menyertakan URL blog : http://parlinpakpahan.blogspot.com.

free counters
TEKNIK PEMBUATAN TANAMAN TUSAM (Pinus merkusii Jung et de. Vries)



BAB I. PENDAHULUAN

Pinus merkusii dengan nama daerah tusam banyak dijumpai tumbuh di belahan bumi bagian
selatan. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut mempunyai perakaran cukup dalam dan
kuat. Walaupun jenis ini dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat, bahkan mendekati 0 meter di atas permukaan air laut, dengan tempat tumbuh yang terbaik pada ketinggian tempat antara 400 – 1500 m dpl, pada tipe iklim A dan B menurut Schmidt – Ferguson, pada curah hujan sekurang-kurangnya 2000 mm/tahun tanpa dengan jumlah bulan kering 0 – 3 bulan.

Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe jenis tanah dengan lapisan tanah yang tebal/dalam, pH tanah asam dan mengendaki tekstur tanah ringan sampai sedang.

Manfaat jenis pohon ini cukup banyak. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan ringan, peti, korek api, bahan baku kertas dan vinir/kayu lapis.

Pada umur 10 tahun, pohon sudah dapat disadap getahnya. Dari getah Pinus dapat dibuat gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan dalam industri batik sedang terpenting digunakan sebagai pelarut minyak cat dan lak.

BAB II. PEMBUATAN BIBIT

1. Pengadaan biji
Biji Pinus merkusii akan mempunyai viabilitas dan daya kecambah tinggi, apabila diambil dari kerucut yang sudah masak dengan ciri-ciri berwarna hijau kecoklatan dan sisik kerucut yang telah mulai melebar kebiruan sedikit. Pengumpulan buah dapat dilakukan setiap tahun, karena berbuahnya setiap tahun. Biji kering berisi antara 45.000 – 60.000 butir setiap kilogramnya.

Sebelum ditabur sebaiknya dilakukan seleksi biji. Biji yang baik mempunyai ciri-ciri warna kulit bij kuning kecoklatan dengan bintik-bintik hitam, agar bentuk biji bulat, padat dan tidak mengkerut. Untuk menyeleksi biji yang biasa juga digunakan cara perendaman. Biji yang akan digunakan sebagi bibit direndam dalam air dan benih yang tenggelam saja menandakan biji baik. Lama biji direndam air dingin 3 – 4 jam sebelum ditabur.

2. Penaburan biji
Pada kegiatan ini yang perlu diperhatikan adalah bahan media tabur yang akan digunakan hendaknya mempunyai persyaratan sebagai berikut :

• Bebas dari hama-penyakit (steril)
• Cukup sarang
• Dapat merangsang proses perkecambahan

Sesuai persyaratan di atas, maka bahan campuran berupa pasir yang berukuran ± 2 mm dan tanah (humus) halus dapat digunakan sebagai media tabur. Tanah dan pasir perbandingan 1 : 2. Selanjutnya campuran ini disterilkan dengan cara digoreng 4 – 6 jam dan dijemur diterik matahari.

Media yang sudah siap digunakan dimasukkan ke dalam bak plastik setinggi ± 5 cm. Bak diletakkan di atas rak-rak di dalam bedeng penaburan atau ruang kaca. Benih-benih yang terpilih, kemudian dihamburkan di bak tabur, selanjutnya ditutup dengan bahan media tabur kira-kira sama dengan tebal benih yang ditabur.


Setelah 10 – 15 hari dari saat penaburan, benih akan berkecambah. Proses perkecambahan berlangsung sampai satu bulan.

3. Penyapihan
Sebelum dilakukan penyapihan terlebih dahulu disiapkan kantong plastik yang berisi media tumbuh. Pinus merkusii adalah jenis tanaman yang melakukan simbiose dengan jamur/mikorhiza. Penularan mikorihiza yang paling baik ialah pada waktu pencampuran media tumbuh. Untuk itu, dalam setiap kantong plastik media tumbuh harus dicampur
dengan tanah humus yang berasal dari bawah tegakan tua Pinus merkusii.

Media tumbuh untuk jenis tanaman ini yang paling baik adalah campuran dari tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1 dengan penambahan pupuk NPK sebanyak 0,25 gram setiap kantong yang berisi 300 gram media.

Setelah bibit berumur 5 – 8 minggu di bak tabur kemudian dilakukan penyapihan. Pada saat ini kulit biji sudah terlepas dari kecambah dan bibit telah memiliki daun jarum pertama.





Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain :
• Semai ditanam berdiri tegak lurus
• Akar tidak boleh terlipat
• Hindarkan semai dari kerusakan
• Lakukan penyapihan pada tempat yang teduh


4. Pemeliharaan
Dalam kegiatan ini perlu dilakukan penyiraman semai secara hati-hati, dan untuk menghindarkan damping off perlu dilakukan penyemprotan dengan fungisida.

Upayakan agar bibit selama dipersemaian bebas dari gangguan rumput-rumput liar, erangga maupun penyakit. Untuk itu kebersihan persemaian sangat menunjang keberhasilan bibit yang disapih.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan ini antara lain :
• Naungan untuk menjaga kelembaban, menahan percikan air hujan dan mengurangi penguapan.
• Penyiraman secara teratur, setiap hari satu kali pagi hari dan sore hari.
• Pemupukan dengan NPK dengan interval 2 minggu sekali.
• Penyulaman pada kantong plastik yang mati bibitnya atau pertumbuhannya jelek segera dilakukan.
•Perumputan apabila rumput atau tumbuhan liar lainnya mengganggu pertumbuhan tanaman muda.
• Akar-akar yang keluar dari lubang kantong agar dipotong.


BAB III. PEMBUATAN TANAMAN

1. Persiapan lapangan
Sebelum melaksanakan penanaman, perlu dilakukan pekerjaan persiapan,
antara lain :

• Pembersihan lapangan dari tumbuhan pengganggu, seperti alang-alang, semak belukar, dan lain-lain.
• Pengolahan tanah (manual/mekanik). Dalam pengolahan tanah pada lahan miring hendaknya memperhatikan kaidah pengawetan tanah agar dihindarkan erosi yangerlebihan.
• Pemasangan acir tanaman pada lahan miring sejajar garis kontour.
• Pembuatan lubang tanaman.

Pembuatan bibit agar diusahakan seaman mungkin dan semurah mungkin. Apabila
pengangkutan tidak hati-hati maka kerusakan bibit membawa kerugian yang cukup
besar. Oleh karena itu jumlah bibit yang diangkut disesuaikan dengan kemampuan
menanam regu tanam. Hal ini untuk menghindarkan penumpukan bibit di lapangan.

2. Penanaman
Pada saat bibit akan ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media
tumbuh tetap utuh. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan.
Lubang yang telah berisi bibit ditutup kembali dengan tanah galian dan dipadatkan di
sekitar leher akar. Harus diupayakan agar bibit tetap tegak.

Penanaman bibit dilakukan pada permulaan musim penghujan, setelah curah hujan
cukup merata. Sistem penanaman dapat dilakukan dengan tumpangsari atau tanpa
tumpang sari. Tanaman sela yang digunakan disesuaikan dengan tempat tumbuhnya.

3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan maksud agar tanaman muda mampu tumbuh
menjadi tegakan akhir dengan kerapatan dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan.

Kegiatan pemeliharaan meliputi :
a) Penyulaman dilakukan apabila dijumpai adanya kematian bibit setelah satu bulan
setelah satu bulan selesai penanaman, segera dilakukan penyulaman. Penyulaman ini terus dilakukan sampai jumlah tanaman muda cukup sesuai dengan kerapatan
tegakan yang dipersyaratkan. Penyulaman ini sebaiknya dilaksanakan pada
pertengahan musim penghujan.

b) Penyiangan gulma dan tumbuhan lain yang mengganggu tanaman muda segera
dilakukan, agar bebas dari persaingan untuk mendapatkan cahaya dan unsur hara dari dalam tanah.

c) Pendangiran hanya dilakukan bilamana kondisi tanah yang padat atau berdrainase
jelek. Dengan catat mendangir di sekitar piringan dengan berjari-jari 0,5 meter.
Dan dilaksanakan bersamaan waktunya dengan penyiangan.

d) Pemberantasan hama dan penyakit. Tindakan yang paling menguntungkan dari
kegiatan ini adalah mencegah penularan hama dan penyakit yang menyerang
tanaman muda. Cara pencegahannya antara lain dengan cara fisik atau cara kimiawi. Namun demikian harus selalu diupayakan agar nilai ambang ekonominya tidak terlalu membahayakan tanaman.

e) Penjarangan. Dimaksudkan untuk memberi ruang tumbuh yang lebih baik bagi tegakan selanjutnya, sehingga mutu tegakan dan volume tegakan menjadi meningkat. Pohon yang tertekan terserang hama dan penyakit, batang pokok bengkok, menggarpu, dibuang dalam penjarangan. Saat penjarangan tegakan tergantung pada kerapatan tegakan, kesuburan tanah dan sifat pertumbuhan dari pohon. Tepatnya beberapa saat setelah tajuk saling bersinggungan.

f) Pengendalian api dan kebakaran. Pinus merkusii sangat peka terhadap api. Sekali terjadi kebakaran, tanaman muda akan musnah. Hal ini disebabkan pada batang jenis tanaman ini banyak mengandung getah (damar). Tindakan pencegahan
secara dini dapat dilakukan antara lain :

i. Membuat jalur sekat, jalur hijau secara jelas dan tegas.
ii. Pembentukan satuan tugas pengendali kebakaran dan mengaktifkan ronda api.
iii. Pembuatan sistem komunikasi yang menjangkau seluruh areal dan sekitarnya.


BAB IV. PEMUNGUTAN HASIL

Pada umur 10 tahun, Pinus merkusii mulai dapat dipungut getahnya. Penebangan untuk
tujuan kayu pertukangan sebaiknya dilakukan apabila tegakan telah mencapai umur 30
tahun dengan taksiran produksi kayu tebal sebanyak 238 – 322 m3/ha. Sedangkan untuk
tujuan kayu pulp dipergunakan daur 10 – 15 tahun.

Sistem pemungutan hasil yang digunakan dalam pengelolaan HTI Pinus merkusii adalah
Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan.

Disalin dari : Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi
Lahan. Teknik Pembuatan Tanaman Pinus merkusii. Direktorat Hutan Tanaman Industri. Maret 1990.

0 Responses

Posting Komentar

Berikan komentar anda di halaman ini. Terimakasih ..

Iklan - Addsense