Bendera Gaja Dompak
Tak terasa, sudah 1 tahun ini kericuhan pe mekaran Propinsi Tapanuli berlalu. Dan masa cooling down untuk Pemekaran Propinsi Tapanuli bisa saja ending pada 2010 ini, dengan asumsi bahwa tak ada yg permanen di planet bumi ini kecuali perubahan itu sendiri.
Pemekaran Propinsi Tapanuli kini telah menjadi milik generasi muda Tapanuli. Aksi pemekaran yg berujung ricuh tahun lalu di Medan justeru semakin memicu semangat kaum muda Tapanuli untuk segera memiliki rumah besar bernama Propinsi Tapanuli. Terbukti betapa menjamurnya sekarang ini bermacam grup di jejaring sosial yg mengatasnamakan Pemekaran Propinsi Tapanuli. Juga tak kalah seru kehadiran sejumlah grup yg anti pemekaran Propinsi Tapanuli. Ini tak perlu dirisaukan, karena melalui perbedaan pendapat yg terjadi selama 1 tahun terakhir ini, format tapanuli yg diperlukan untuk sebuah Propinsi Tapanuli justeru menjadi terangbenderang sekarang.
Dari grup anti pemekaran diperoleh input bahwa Propinsi Tapanuli yg kemarin diperjuangkan adalah sebuah calon Propinsi Rasis yg didominasi umat Kristen sekawasan Toba. Sekalipun garang terdengar, tapi grup anti pemekaran ini ternyata merindukan sebuah kesatuan Tapanuli juga dalam sebuah kalimat : " ... O Tuhan, jauhkanlah kami dari perpecahan ..." Di luar itu lebih banyak lagi yg berpendapat bahwa perjuangan kemarin hanyalah milik elite tapanuli tertentu yg samasekali tak mewakili orang tapanuli secara keseluruhan. Dan akhirnya banyak juga di antara orang tapanuli yg meragukan apakah Sumberdaya Alam di bumi tapanuli dapat mendukung sebuah keberadaan Propinsi Tapanuli.
Satu hal yg pasti dari perbedaan pendapat itu adalah semuanya seiasekata bahwa tapanuli saat ini adalah salah satu daerah terbelakang yg memprihatinkan di jajaran nusantara. Dan semuanya seiasekata bahwa keterbelakangan ini harus segera diatasi demi martabat orang tapanuli itu sendiri.
Juga 1 tahun terakhir ini tercatat 4 hal penting lainnya yi betapa senyapnya para Bupati sekawasan tanah batak dari hingarbingar pemekaran Propinsi Tapanuli; betapa putera2 Simalungun, Fakfak & Karo lebih mengambil jarak sebagai penonton; yg paling mencolok betapa para elite politik tapanuli di pusat lebih memilih bungkam seribubahasa & betapa para miliuner tapanuli tak mau lagi ambil pusing tentang pemekaran Propinsi Tapanuli begitu GM dipermalukan & Chandra diadili.
Dari gambaran tersebut, boleh dikata hirukpikuk pemekaran Propinsi Tapanuli selama 1 tahun terakhir ini telah memperkaya khasanah kita tentang ketapanulian. Maka yg tak bisa lagi ditunda saat ini adalah penegasan tentang landasan utama propinsi tapanuli. Landasan yg sudah pasti adalah landasan ketatanegaraan itu sendiri yi konstitusi negara & undang2 tentang otonomi daerah. Yg belum pasti adalah landasan pelengkap dan/atau penyempurna yi sebuah konvensi tentang apa & bagaimana itu tapanuli.
Konvensi ini hanya mungkin terwujud apabila seluruh elemen tapanuli dapat duduk satu meja untuk bersilaturahmi sekaligus bermusyawarah dengan hasil akhir sebuah konvensi yg kemudian dideklarasikan bahwa perekat tapanuli itu bukanlah agama melainkan filsafat, kultur & sejarah. Dan tapanuli itu bukanlah term yg berkonotasi rasis.
Tapanuli (Tapian na uli) adalah term yg merujuk pada sebuah wilayah yg meliputi ex Karesidenan Tapanuli & juga merujuk pada sebuah kemajemukan karena sebuah proses asimilasi & afiliasi kultural sepanjang sejarah pintu terbuka tapanuli terhadap dunia luar. Karenanya perlu penegasan khusus bahwa di wilayah ini terdapat berbagai suku bangsa seperti Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran Sumatera), Melayu & berbagai varian lainnya di sepanjang pantai barat & di sepanjang wilayah tapanuli yg berimpit dgn kawasan pantai timur Sumatera Utara. Semuanya itu adalah warga tapanuli yg kini sepenanggungansependeritaan karena keterbelakangan ekonomi & politik. Itulah semua landasan pelengkap yg diperlukan dalam sebuah kesatuan tapanuli.
Kalaupun para Bupati sekawasan tanah batak senyap tak bersuara selama ini. Tak jadi masalah. Mereka tak mungkin bersuara karena aksi ricuh kemarin di Medan, itu semua di luar dugaan mereka. Bagaimana mungkin mereka bersikap lain di luar sikap resmi pemerintah pusat yg tengah menyelesaikan kericuhan Medan di meja pengadilan. Yg pasti di dalam hati kecilnya mereka tak bisa mengingkari bahwa di dalam rumah Propinsi Sumatera Utara di mana mereka berkiprah selama ini toh tak ada kemajuan yg berarti utk seluruh kawasan tapanuli.
Begitu juga halnya dengan politisi tapanuli di pusat. Ruhut Sitompul misalnya dalam sebuah kesempatan ketika Jaksa Agung Hendarman Supandji memberi keterangan di DPR RI akhir 2009 yl, Ruhut dengan suara lantang menyuarakan tentang ketidakadilan terhadap anak2 muda tapanuli di pentas pengadilan Medan terkait kericuhan aksi pemekaran Propinsi Tapanuli.
Tapi sinergi antar politisi tapanuli itu sendiri tak pernah terjadi pasca pernyataan Ruhut. Mengapa? Semua parpol di negeri ini tengah bergulat dengan kasus penggembosan KPK & mega skandal Century. Tak heran, semua energi kader2 terbaik parpol diarahkan kesana.
Meski demikian, pada akhirnya isu nasional itu pasti akan terselesaikan juga. Dan pada saat itulah para politisi tapanuli di pusat ini perlu didorong langsung dari bumi tapanuli agar segera bersinergi satusamalain untuk melakukan finishing terhadap pemekaran propinsi tapanuli. Tak ada yg perlu diragukan di sini, karena pemekaran propinsi tapanuli sejak awal sudah disetujui pemerintah pusat. Yg perlu sekarang adalah bagaimana agar keculasan politik para politisi Medan di DPRD Propinsi Sumatera Utara tidak lagi terulang. Dengan kata lain, menetralisir pentas politik Medan. Itulah tugas terpenting politisi tapanuli yg berkiprah di pusat. Entah itu Ruhut Sitompul dari PD, Panda Nababan dari PDIP dst.
Tentang para miliuner tapanuli. Tak jauh berbeda dengan para bupati sekawasan tanah batak. Pada umumnya miliuner tapanuli ini adalah miliuner yg besar di ladang pemerintah. Mayoritas di antaranya adalah rekanan pemerintah. Kalaupun ada yg sedikit berbeda seperti DL Sitorus misalnya yg bergerak di bidang sawit & perkayuan. Toh kemajuan bisnisnya tak lepas dari dukungan & kemitraan dengan pemerintah. Hanya saja karena suatu ketika pernah lepas kendali & berselingkuh dgn oknum2 tertentu di pemerintahan, akhirnya dalam rangka "jaga muka" pemerintah untuk sementara balik kanan & memenjarakan DL. Sang miliuner DL belum lama ini bebas bersyarat. Ini sekaligus membuktikan kemiliuneran DL tidaklah berdiri sendiri. Tapi kemiliuneran yg diperoleh dari ladang konsesi pemerintah, bahkan seringkali dari hasil perselingkuhan dengan oknum2 tertentu di pemerintahan.
Dengan kenyataan seperti itu, kesenyapan para bupati sekawasan tanah batak pasca kericuhan Medan, juga sama halnya dengan kesenyapan para miliuner tapanuli. Mereka tak mau ambil risiko. Biarlah GM dgn segala pergulatan & penyesalannya & biarlah Chandra dipenjarakan dulu. Kami akan bersuara setelah semua itu selesai. Dengan kata lain, mereka para miliuner tapanuli itu tahu persis kapan waktu yg paling tepat bagi mereka untuk bergerak membantu tegak berdirinya Propinsi Tapanuli.
Boleh dikata hanya tinggal kawasan Karo, Fakfak & Simalungun yg masih tandatanya besar. Perjalanan waktulah nanti yg membuktikan apakah mereka tetap berkultur dalihan na tolu seraya menampik sebuah kebersamaan meski sadar sepenuhnya akan alasan sejarah & kultural yg melatarbelakangi pemekaran Propinsi Tapanuli. Atau -- mengutip Fabian Depari dalam sebuah comment di notes sebelumnya Propinsi Tapanuli Jangan Terjebak Pilihan Disintegratif --bahwa mereka pasti akan bergabung apabila kelak terbukti Propinsi Tapanuli adalah rumah bersama yg akomodatif untuk keragaman batak & juga akomodatif untuk kemajemukan sub-etnik lainnya yg settled di seluruh kawasan tapanuli.
Makam Sisingamangaraja XII di Soposurung, Balige, Tobasa, Northern Sumatra, Indonesia
Dan bagi mereka yg sinis & kemudian membombardir pemekaran Propinsi Tapanuli. Mereka tak pernah tahu betapa potensi Geothermal dari sejumlah titik energi panas bumi di Tapanuli Utara akan dapat melayani seluruh kebutuhan energi Sumatera Utara di masa datang. Mereka juga tak pernah tahu bahwa bukan sawahladang seperti di pulau Jawa yg menjadi hari depan industri agro di rumah tapanuli, melainkan tanaman ekonomi yg laris di pasar dunia seperti Kopi, Sawit, Karet, Pinus, Tembakau, Kakao, Haminjon (Styrax/Kemenyan), Kayu Manis, Kemiri, Aren; tanaman buah2an seperti Jeruk, Marquica, Terong Belanda, Mangga, Nenas, Durian dst dst. Belum lagi potensi pertambangan yg masih tidur semuanya seperti Mika, Pasir Kuarsa, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Batu Gamping, Sulphur, emas di Parlilitan dll. Jangan pula dilupakan harta karun Tapanuli di Batang Toru Forest yg begitu kaya dengan keanekaragaman hayati. Tapanuli pun punya lautan. Coba cermati kekayaan laut di pantai barat Sumatera Utara yg terentang mulai dari Natal hingga perbatasan Aceh. Cermati juga potensi pariwisata dgn seluruh obyek wisata alam di kawasan Bukit Barisan & obyek wisata budaya yg tinggal digali dari khasanah kebudayaan tapanuli secara keseluruhan. Ini bukanlah apologi, tapi selayang pandang tentang kekayaan alam di seluruh tapanuli dengan maksud agar supaya generasi tapanuli yg Dan bagi mereka yg sinis & kemudian membombardir pemekaran Propinsi Tapanuli. Mereka tak pernah tahu betapa potensi Geothermal dari sejumlah titik energi panas bumi di Tapanuli Utara akan dapat melayani seluruh kebutuhan energi Sumatera Utara di masa datang. Mereka juga tak pernah tahu bahwa bukan sawahladang seperti di pulau Jawa yg menjadi hari depan industri agro di rumah tapanuli, melainkan tanaman ekonomi yg laris di pasar dunia seperti Kopi, Sawit, Karet, Pinus, Tembakau, Kakao, Haminjon (Styrax/Kemenyan), Kayu Manis, Kemiri, Aren; tanaman buah2an seperti Jeruk, Marquica, Terong Belanda, Mangga, Nenas, Durian dst dst. Belum lagi potensi pertambangan yg masih tidur semuanya seperti Mika, Pasir Kuarsa, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Batu Gamping, Sulphur, emas di Parlilitan dll. Jangan pula dilupakan harta karun Tapanuli di Batang Toru Forest yg begitu kaya dengan keanekaragaman hayati. Tapanuli pun punya lautan. Coba cermati kekayaan laut di pantai barat Sumatera Utara yg terentang mulai dari Natal hingga perbatasan Aceh. Cermati juga potensi pariwisata dgn seluruh obyek wisata alam di kawasan Bukit Barisan & obyek wisata budaya yg tinggal digali dari khasanah kebudayaan tapanuli secara keseluruhan. Ini bukanlah apologi, tapi selayang pandang tentang kekayaan alam di seluruh tapanuli dengan maksud agar supaya generasi tapanuli yg lahir & besar di luar tapanuli tidak lagi salah dalam menakar SDA di rumah tapanuli.lahir & besar di luar tapanuli tidak lagi salah dalam menakar SDA di rumah tapanuli.
Kembali ke awal tulisan ini. Konstitusi negara sesungguhnya membuka peluang bagi daerah pemekaran untuk mengikutsertakan lembaga setempat berperan aktif dalam mewarnai otonomi daerah. Dalam konteks tapanuli lembaga tersebut hanya tinggal digali dari khasanah tapanuli. Untuk mudahnya kita sebut saja lembaga dimaksud sebagai LMMT (Lembaga Musyawarah Masyarakat Tapanuli Raya). Papua telah memiliki lembaga semacam ini dgn nama Kongres Rakyat Papua.
Bagi masyarakat tapanuli lagu Benci tapi Rindu barangkali kiasan yg paling tepat untuk menggambarkan suasana bathin mereka. Di balik hingarbingar pemekaran Propinsi Tapanuli sepanjang 2009, dalam hati kecilnya semua orang Tapanuli merindukan kesatuan tapanuli. Hanya saja syakwasangka antar ke-5 puak utama batak selalu muncul di saat kerinduan itu hendak mewujud menjadi kenyataan. Inilah sisa keterpecahbelahan masa lalu warisan politik Pemerintah Kolonial Belanda yg sangat mudah dimanfaatkan oleh siapa pun yg tak menyukai hadirnya kesatuan tapanuli di bumi Sumatera Utara. Kita sebut saja mereka ini sebagai petualang politik, petualang ekonomi & petualang agama pecandu komparasi agama dgn metode kanak2 bahwa agama kami yg paling benar & agama kamu tidak benar. Untuk penganut Islam maupun Kristen di Tapanuli. Jujurlah dgn kenyataan sejarah bahwa Islam maupun Kristen adalah agama impor bagi orang Tapanuli. Jujurlah juga kedua agama itu berakar dari agama Jahudi. Akhirnya jujur jugalah bahwa pertengkaran Jahudi Vs Arab bukanlah bagian dari ajaran agama itu sendiri. Itu adalah persoalan sosiologis Arab-Jahudi terkait soal warisan. Apabila persoalan sosiologis Arab-Jahudi ini kita campakkan jauh2 ke Samudera Hindia sana, maka kita akan menemukan jatidiri kita sebagai orang Tapanuli. Dan tak bakal ada lagi fanatisme sempit di tapanuli ini.
Dari akar kerinduan inilah LMMT perlu segera kita hadirkan dalam pentas politik Sumatera Utara & Indonesia. Tahun 2010 adalah momentum yg tepat untuk itu. Tegasnya, kalau untuk seorang Prabowo Soebianto, clan Tobing tahun lalu bisa begitu entengnya menyelempangkan Ulos terbaiknya ke bahu Prabowo & kemudian yg bersangkutan dikukuhkan menjadi warga kehormatan tapanuli dgn hak penuh menyandang marga Tobing. Mengapa tidak ulos adat seperti itu diselempangkan juga ke bahu tokoh2 adat & politik yg mewakili seluruh puak tapanuli dalam sebuah silaturahmi nasional masyarakat tapanuli. Ini sekalgus mengawali LMMT bermusyawarah dalam rangka menghasilkan konvensi bersejarah tentang kesatuan tapanuli raya yg berlandaskan Filsafat, Kultur & sejarah. Inilah perekat kesatuan tapanuli itu.
Pelembagaan kembali LMMT di bumi tapanuli sekaligus akan menjadi sarana penyempurna bagi propinsi tapanuli masa depan. Melalui LMMT kita akan dapat mengawal ketat rekrutmen politisi & birokrat di masa datang. Kita dapat mengawal ketat Pemilihan Gubernur Tapanuli. Kita dapat mengawal ketat Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan & Kepangkatan) Pemerintah Propinsi Tapanuli & Baperjakat serupa di Kabupaten sePropinsi Tapanuli Raya untuk menseleksi para birokrat tapanuli dalam menduduki berbagai jabatan yg tersedia di pemerintahan daerah. Kita pun dapat mengawal ketat kehadiran partai2 politik di bumi tapanuli agar selalu konsisten berjalan di rel politik yg benar demi kemajuan tapanuli & bisa menjadi partai kader & bukan partai super mie seperti yg kita lihat sekarang.
Akhirnya, wacana terakhir yg perlu disampaikan di sini adalah bahwa demokrasi di negeri ini hanya bisa matang & berkarakter kuat apabila kita berani menggunakan instrumen politik yg digali dari khasanah budaya bangsa sendiri sebagai penyempurna demokrasi.
Dipersembahkan khusus untuk generasi muda batak yang sedang merambah pengembalian batak dignity di tanah leluhurnya.
Horas Bangso Batak.
Northern Tapanuli, Indonesia, 14 Januari, 2010.
Updated on Oct' 21, 2010.
The Symbol of Sisingamangaraja XII
Posting Komentar
Berikan komentar anda di halaman ini. Terimakasih ..