WELCOME

SELAMAT DATANG - HORAS

Pembaca dapat mengambil isi blog secara bebas dengan syarat menyertakan URL blog : http://parlinpakpahan.blogspot.com.

free counters
PROPINSI TAPANULI JANGAN TERJEBAK PILIHAN DISINTEGRATIF


Sby terpilih kembali menjadi pemimpin republik ini. Suka tidak suka, inilah pilihan rakyat.

Salah satu agenda KIB II di bawah Sby adalah Pemekaran Daerah. Teori tentang pemekaran daerah ini sangatlah banyak. Cukuplah kita katakan pemekaran daerah adalah untuk Kemajuan dan Kesejahteraan suatu daerah dalam rangka Welfare State. Selanjutnya bergantung bagaimana pemerintah mengevaluasi secara obyektif daerah-daerah yang sudah dimekarkan itu. Apakah terbukti mereka mampu berkembang di atas kakinya sendiri?

Di Sumatera pun pemekaran daerah ini masih menjadi isu utama. Masih banyak lagi aspirasi yang menuntut agar daerahnya segera dimekarkan. “Babel yang begitu kecil saja bisa menjadi propinsi, mengapa kami tidak,” demikian sungut sejumlah kalangan di Sumatera yang daerahnya belum dimekarkan.

Di pentas Sumatera Utara. Sejak Demo Protap yang rusuh di Medan awal tahun ini, praktis tak terdengar lagi bagaimana kelanjutan pemekaran daerah Propinsi Tapanuli.

Dibilang “Tiarap”. Tidak juga. Jika dicermati sejumlah politisi, secara terselubung, tetap pasang ancang-ancang untuk kembali bermanuver dalam rangka melanjutkan perjuangan pemekaran daerah Propinsi Tapanuli. Tapi di dunia “Wacana”? Boleh dibilang tak ada evaluasi, apalagi ide-ide baru untuk sebuah cita-cita hadirnya Propinsi Tapanuli di bumi Sumatera ini.

Timbul tandatanya. Apa memang benar perwatakan orang Tapanuli sekarang sudah tidak sportif lagi seperti leluhurnya? Apa memang benar orang Tapanuli itu sekarang lebih mementingkan kelompoknya masing-masing daripada mengutamakan kebersamaan sebagai sesama orang Tapanuli? Apa memang benar orang Tapanuli itu sudah tidak mau tahu lagi dengan sejarah panjang mereka sebagai Entitas Tapanuli di Bukit Barisan Sumatera Utara ini? Dst … dst .. dst.

Para politisi boleh saja bermanuver secara terselubung dalam rangka memperjuangkan hadirnya sebuah propinsi baru yang bernama Tapanuli. Tetapi wacana tentang orang Tapanuli tak boleh dikesampingkan. Wacana itu sangat diperlukan dalam rangka melegitimasi siapa sebenarnya orang Tapanuli dan di mana wilayah mereka sesungguhnya di Kawasan Bukit Barisan ini?

Saya mencoba membaca beberapa tulisan di Blog-Blog yang ada di Nusantara yang dalam hal ini diKapteni oleh orang-orang Tapanuli itu sendiri. Tapi apa yang saya dapat melulu hanya catatan-catatan sentimental tentang Danau Toba-lah, tentang bahasa Batak-lah, tentang Lingkungan Hidup-lah, tentang TPL-lah, tentang rindu kampunghalaman-lah dll. Tak satu pun tentang orang Tapanuli itu sendiri.

Apa boleh buat. Referensi saya tetap buku lama, yaitu Tuanku Rao karya Mangaraja Onggang Parlindungan Siregar, The Batak Priest karya Dr. P.L. Tobing dan Ahu Sisingamangaraja karya Dr. Sijabat.

Ketiga buku hebat itu tetap jadi pegangan saya bahwa orang Tapanuli yang ada sekarang adalah orang Tapanuli yang berasal dari satu nenekmoyang yang sama yang eksodus kuranglebih 3000 tahun yang lalu dari “golden triangle” Vietnam-Burma-Laos karena invasi berdarah orang Mongol dari arah utara. Mereka kemudian settled sebentar di pesisir Thailand dan kemudian tiba di daerah Toba dan settled serta berkembang menjadi orang Tapanuli seperti yang kita kenal sekarang.

Mengapa disebut Batak? Ini bukan stereotipe. Batak berasal dari term “Matak”. Artinya Penunggang Kuda atau Orang Yang Menunggang Kuda. Siapa yang tidak mengenal Kuda Batak tempo dulu. Kecil tapi tangguh dalam menjelajah alam Bukit Barisan yang serba terjal. Orang Tapanuli memang lebih popular dengan nama itu. Mengapa takut? Tapi dalam term lain, mengutip Mangaraja Onggang Parlindungan, orang gunung yang gemar menunggang kuda ini adalah orang Tapanuli. Artinya orang yang hidup di “Splendid Isolation” (daerah pedalaman yang indah). Tapian Nauli (pedalaman yang indah). Coba singkirkan jauh-jauh beban yang menggelayut di pikiran anda. Tataplah wilayah Tapanuli seluruhnya yang dikepung Bukit Barisan itu dan tatap baik-baik Danau Toba di tengahnya. Sangat indah bukan.

Di dalam perjalanan sejarah yang begitu panjang. 3 millenium. Tapanuli memang tak pernah mempunyai kerajaan. Mereka terikat kuat kultur Dalihan Natolu yang mengatur tatanan kemasyarakatan orang Tapanuli. Inti dari ajaran ini bahwa semua adalah raja. Tak heran komunitas yang satu ini hidup dalam Clan-nya masing-masing. Ya, ikatan yang sangat kuat hanya terdapat di situ. Dinamika yang terjadi selama 3 millenium, praktis hanya berbagai konflik internal di dalam clan yang kemudian melahirkan clan-clan baru dan demikian seterusnya hingga bercabang-cabang seperti yang kita kenal sekarang. Meski sudah bercabang-cabang sedemikian banyaknya, perekat kesatuan yang luarbiasa ampuh tetap kultur Dalihan Natolu.


Zaman silihberganti dan splendid isolation pun akhirnya terbuka dengan munculnya era penjelajahan orang-orang Eropa untuk menemukan Dunia Baru. Disusul era Kolonialisme Barat yang mulai efektif di nusantara pada awal abad 17. Orang Tapanuli pun tidak bisa lagi menutup diri. Paham Animisme yang mereka usung dari kawasan golden triangle secara bertahap mulai digantikan paham baru yang berasal dari agama Samawi di Timur Tengah.

Perjalanan sejarah selama 3 millenium bagi orang Tapanuli sekaligus sebagai sebuah evolusi yang unik. Orang Tapanuli kemudian berkembang menjadi 5 puak utama yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Fakfak, Batak Simalungun dan Batak Mandailing. Ini pun masih ditambah varian lain yang sangat kuat keterikatannya dengan orang Tapanuli seperti Sibolga (Tapanuli Tengah), Nias khususnya Nias Selatan, Asahan, bahkan Gayo dan Alas yang secara administratif masuk wilayah Aceh. Meski sudah sebanyak itu varian orang Tapanuli dari sebuah proses evolusi yang panjang. Satu hal yang pasti bahwa variabel yang tak pernah berubah dari masa ke masa adalah Kultur Dalihan Natolu.

Adalah sikap yang tidak sportif apabila orang-orang Tapanuli “terkurung” dalam sekat ismenya masing-masing. Kita memang tidak pernah mempunyai semacam United Kingdom. Tapi kesatuan Tapanuli jelas terletak di dalam ikatan kultural kita yang tak pernah berubah dan tak lekang dimakan zaman itu.

Dalam rangka perjuangan pemekaran daerah Propinsi Tapanuli, janganlah sampai orang Tapanuli mengingkari sejarah dan kebudayaannya sendiri. Tanpa ada keraguan barang seinci pun, perlu ditegaskan di sini bahwa ke-5 puak utama Tapanuli itu harus bersatu dalam wilayah Propinsi Tapanuli. Dalam deklarasi awal yang hanya menyebut 7 kabupaten/kota yaitu Tapanuli Utara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias Selatan sebagai wilayah Protap. Itu Salah besar.Wilayah Propinsi Tapanuli yang perlu diklaim sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan juga meliputi Simalungun, Dairi, Fakfak, Karo, Sipirok dan Tapanuli Selatan secara keseluruhan. Itulah sejatinya Propinsi Tapanuli.

Oleh karena itu orang Tapanuli yang mewakili seluruh wilayah kultural Tapanuli tanpa kecuali, harus berani duduk satu meja untuk berunding membahas sebuah Rumah Besar yang akan dibangun yaitu Propinsi Tapanuli. Orang Tapanuli telah dewasa dengan beragam isme yang ada. Tak pernah terjadi kasus Sara yang menghancurkan di bumi Tapanuli. Kultur Dalihan Natolu adalah peredam itu semua, karena di situlah terletak Demokrasi khas Tapanuli.

Menghancurkan Tapanuli menjadi wilayah-wilayah kecil seperti yang diusung oleh beberapa politisi yang tidak bertanggungjawab adalah kesalahan besar. Usaha sia-sia seperti itu hanya mengingkari sebuah perjalanan sejarah kebersamaan yang panjang. Dan usaha sia-sia seperti itu tak lain hanya memperagakan kepicikan yang tak sejalan dengan ajaran demokrasi dalam Filsafat Trilogi Batak.

Dalam budaya Tapanuli semua adalah Raja. Tapi diajarkan juga bahwa “holan sada do na tarpillit. I ma na Bisuk na boi manogu-nogu bangsona tu hamajuan”. Ya, Raja hanya satu dan itu nanti dapat dipilih secara demokratis dalam tatanan yang baru di Propinsi Tapanuli.

HORAS!

Tepi Aek Sigeaon, North Tapanuli, 22 Oktober, 2009


0 Responses

Posting Komentar

Berikan komentar anda di halaman ini. Terimakasih ..

Iklan - Addsense