WELCOME

SELAMAT DATANG - HORAS

Pembaca dapat mengambil isi blog secara bebas dengan syarat menyertakan URL blog : http://parlinpakpahan.blogspot.com.

free counters
The Legendary Jazz Singer Nancy Wilson in Lake Tahoe, USA, on 1982
Saya Tidak Akan Meninggalkan Jessi, Bagaimana dengan Kalian?




Oleh: Adelina Savitri Lubis

Jejaring sosial seperti Facebook (FB) nyatanya bukan sekadar tempat curhatan status seseorang. Parlin Pakpahan menunjukkan sisi lain komunitas manusia berazas high tech (teknologi tinggi) ini. Meskipun hanya bermodalkan postingan note (catatan) serta foto pada wall (dinding) profil FB,

Parlin menggerakkan hati para Facebooker (pengguna FB) untuk membantu Ester Jesicha (13), remaja tingting penderita kanker tulang ganas (Osteosarkoma) pada lutut kirinya. Rupiah bernilai belasan juta yang mengalir dari kantong-kantong para Facebooker menjadi modal perobatan demi menyembuhkan penyakit Jesicha. Melewati proses yang berliku, Parlin menyebut ini sebagai perjuangan cinta kasih. Seperti apa kisahnya? Berikut hasil wawancara Harian Analisa bersama Parlin Pakpahan, sang Penggerak Facebooker.

Analisa: Apa yang melatarbelakangi Pak Parlin untuk melakukannya?

Parlin Pakpahan: Saya tidak mengenal Jeshica sampai saya membaca sebuah berita di koran daerah mengenai penyakitnya. Saya masih ingat, saat itu, tanggal 29 Mei 2010. Seperti biasa, pagi-pagi saya bangun tidur kemudian membaca koran. Saat itu, saya hanya berfikir ingin membantu Jesicha. Saya niatkan diri untuk mendatangi rumahnya, menjenguk Jesicha. Sesampai di sana, sungguh miris melihat keadaan Jesicha. Saat itu yang terbersit dalam hati saya, hanya ingin menghentikan penderitaan Jessi kecil. Saya tak tahan!

Analisa: Mengapa?

Parlin Pakpahan: Saya sudah tak mau lagi mendengar kalimat ibunya Jesicha, bahwa dia baru belasan hari lalu menggunting sendiri

gumpalan daging yang menggelambir di benjolan bagian bawah tumor yang diderita Jesicha. Katanya ada sekitar dua kilogram daging plus

darah segar sebanyak 1 liter untuk bedah primitif itu. Oh, Tuhan, kemiskinan telah memaksa mundur bangsa ini ke zaman pra sejarah. Itu yang menghantam benak dan nurani saya ketika mengunjungi Jesicha pertama kali pada Sabtu 29 Mei dan kunjungan kedua pada Minggu 30 Mei. Semua cerita yang saya dapatkan dari kedua orang tua Jesicha, saya posting di wall FB saya. Sekian menit berikutnya, puluhan komentar pun menghiasi wall profile FB saya. Simpati, empati dan bahkan pertanyaan khusus melalui inbox (kotak masuk) di FB saya pun dilayangkan. Hemm, nyatanya masih ada cinta di bumi ini.

Analisa: Lalu penggalangan dana untuk Jesicha oleh para Facebooker itu bagaimana pula ceritanya, pak Parlin?

Parlin Pakpahan: Spontan saya mengajak para Facebooker agar mau membantu menyelamatkan Jesicha. Tanpa henti saya terus meng-update (memperbarui) status dan foto terkait perkembangan Jesicha, termasuk juga proses perjuangan agar si Jessi kecil ini dapat diobati. Melalui FB, saya informasikan rekening Dana Gotong Royong Kemanusiaan untuk Jesicha. Setidaknya ada sebanyak dua rekening BRI atas nama Renti Simorangkir (Ibunya Jesicha) dan rekening BCA atas nama Sherly S. Maulina (isteri saya). Postingan mengenai Jesicha di wall FB saya, ternyata membuahkan hasil. Pada 31 Mei 2010, uang sebesar Rp500 ribu masuk ke rekening BCA. Dana pertama ini dikirim oleh Nadine M. Lou mel Benny Kurniawan. Pada hari berikutnya, 1 Juni 2010, NN asal Jakarta mengirimkan uang sebesar Rp. 2 juta. Disusul oleh Has Nainggolan sebesar Rp. 250 ribu dan Alfonso Siringoringo sebesar Rp. 500 ribu. Begitu hari-hari selanjutnya, hingga pada 17 Juni 2010, total dana yang masuk ke rekening BCA tersebut sebesar Rp10 juta. Total dana yang masuk ke rekening BRI, terhitung 2-17 Juni 2010, sebesar Rp. 3.950 ribu. Itu belum termasuk dana bantuan yang diterima langsung oleh kedua orang tua Jesicha, yang bila ditotal dengan dana di rekening BRI tersebut mencapai Rp. 12 juta.



Analisa: Terlepas dari itu, apakah Pak Parlin juga melakukan upaya-upaya lain diluar penggalangan dana para Facebooker? Maksudnya, seperti melibatkan Pemerintah Daerah setempat melalui Kepala Desa misalnya?

Parlin Pakpahan: Semua kisah perjalanan dari awal, hingga saat ini sudah saya ungkapkan di wall FB saya. Tak ada yang dikurang-kurangi pun dilebih-lebihkan.

Analisa: Ya, seperti yang saya baca salah satu postingan Pak Parlin, dimana bapak menulis tentang pihak birokrat Kecamatan dan Kepala Desa sudah meminta kepada Bupati Taput untuk memberikan bantuan. Sayangnya, tulis bapak, Kepala Desa setempat mengatakan Jesicha bisa dibantu, bisa juga tidak. Kalaupun ada bantuan hanya ala kadarnya saja. Bagaimana pula itu Pak Parlin?

Parlin Pakpahan: Ya, seperti yang sudah saya ungkapkan di wall FB saya, itulah adanya yang terjadi. Mereka membisu. Padahal Jesicha harus segera dievakuasi ke Medan, apalagi mengingat tumor yang diidapnya akan semakin mengganas. Saya melihat telah terjadinya pergeseran nilai di masyarakat. Hal-hal serius seperti ini dianggap biasa saja oleh lingkungan setempat. Jesicha ini adalah puteri Tapanuli Utara, salah satu penerus generasi bangsa. Faktanya, Facebooker yang menolongnya. Facebooker yang boleh dibilang adalah orang-orang yang tak mengenal Jesicha. Mereka berempati dan hatinya tergerak untuk membantu si Jessi kecil ini. Ah, dunia memang gila.

Analisa: Kembali ke Jesicha, mengapa baru sekarang, setelah 16 bulan, setelah tumor itu semakin membesar dan membesar?

Parlin Pakpahan: Prosesnya memang terbilang panjang. Orang tua Jesicha bukanlah sosok yang bisa memahami hal-hal medis terkait penyakit anak pertama mereka ini. Sebagai orang tua mereka pun tak berdaya. Apalagi mereka tak memiliki biaya perobatan. Terhitung sejak Februari 2009, Jesicha mengalami demam dan segera dibawa ke RSU Swadana Tarutung. Dari sana Jesicha dirujuk ke RSUPH Adam Malik Medan. Pada April 2009, Jessicha pun dibawa ke RSUPH Adam Malik Medan, pihak rumah sakit menyarankan agar Jesicha diopname. Karena tak ada yang memandu, orang tua Jesicha membawanya kembali ke Tarutung. Sejak April-Agustus 2009, tak ada tindakan medis sedikitpun yang dilakukan kecuali penanganan tukang urut. Pada Agustus 2009, Jesicha dibawa ke RSU Husada Mangga Besar, lalu dirujuk ke Rumah Sakit St. Carolus. Saat itu, pihak rumah sakit sudah menegaskan, benjolan yang kian membesar itu merupakan Tumor dan pihak St. Carolus menyarankan agar kaki Jesicha diamputasi. Karena tak ada yang memandu, orang tua Jesicha malah membawa anaknya ini pulang ke rumah saudara. Eh, disana Jesicha malah menjalani pengobatan alernatif di Cisarua, Bogor selama sebulan penuh. Hasilnya tak menunjukkan kemajuan yang berarti. Pengobatan alternatif lainnya pun dijalani Jesicha kembali. Jesicha diberikan obat berupa rempah-rempah (herbal) dengan dosis mingguan, dimana biaya obat Rp. 700 ribu per minggu. Akhir September 2009, Jesicha pun dibawa pulang kembali ke Tarutung. Terhitung hingga Oktober 2009 – Mei 2010, tak ada tindakan medis yang dilakukan, selain melakukan bedah primitif yang dilakukan ibunya. Tumor di lutut Jesicha pun semakin membesar dan membesar. Inilah yang mendasari mengapa penanganan terhadap Jesicha baru dilakukan setelah berlangsung selama 16 bulan.

Analisa: Lalu Pak Parlin bagaimana kedepannya? Tentunya pasca amputasi yang dilakukan pada kaki Jesicha, apakah penggalangan dana ini tetap diteruskan atau bagaimana?

Parlin Pakpahan: Ya, apa yang dilakukan para Facebooker sekarang ini merupakan langkah awal penyelamatan Jesicha dan kita belum bisa memprediksi hasil kemotrapi yang dilakukan pada tahapan berikut pasca amputasi. Kita juga belum bisa memprediksi seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Termasuk juga memperhitungkan kaki palsu sebagai pengganti kaki yang diamputasi. Nah, apakah terus, atau berhenti di sini semua itu tergantung pribadi kita masing-masing. Ada banyak jutaan Jesicha di luar sana dan secara pribadi, saya tidak akan meninggalkan Jessi. Bagaimana dengan kalian?

Analisa: Harapan ke depannya Pak Parlin?

Pak Parlin: Saya berharap semua pihak dapat membantu Jesicha ini. Catatan yang utama adalah menghilangkan lilitan birokrasi yang tak jelas dan juga merealisasikan kebijakan publik yang match (sesuai) dengan program-program yang dilakukan. Harapannya, di lain waktu, di lain kesempatan pada Jesicha yang lainnya moga-moga dapat tertolong, moga-moga tidak terlambat dan moga-moga tidak diamputasi. Ya begitu saja. Salam kemanusiaan.***

Source : http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=59778%3Asaya-tidak-akan-meninggalkan-jessi-bagaimana-dengan-kalian&catid=100%3Ajentera&Itemid=158

Iklan - Addsense