PP : Selamat Malam Pak Harto ..
SHT : Selamat malam nanda. Bagaimana kabar kalian semua di bumi pertiwi ini?PP : Standard-standard saja Pak kabar kita semuanya, kecuali itu tuh Jokowi sepertinya bakal jadi Gubernur DKI dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.SHT : Lha iyalah nanda. Pan jenengan tau bahwa saya ini asli Wong Deso asal KEMUSUK Ngayogyakerto. Cah nDeso seperti saya ini iso jadi Presiden RI dan kemudian diJenderalBesarkan lagi bersama Abdul Haris Nasution. Jadi tak perlu kuatir nanda. Ada Mimpi Amerika, tapi ingat ada juga Mimpi Indonesia yaitu siapa saja bisa jadi apa saja asalkan halal dan dalam suasana kerakyatan yang berisi tentu.PP : Wuadoouuww .. Kalau begitu apakah halal juga ketika Bapak jadi Presiden RI selama 32 tahun? Dan dalam kurun waktu selama itu tercatat dalam tinta sejarah kontemporer kita bahwa Bapak telah menghancurkan hidup jutaan orang seperti memPKIkan keluarga dari lawan politik Bapak, lalu konon Bapak sangat suka dijilat-jilat Dunia Barat yang Kapitalistik itu dgn berbagai penghargaan seperti Swasembada Beras, Sukses dalam mengurangi angka kelahiran anak negeri sampai2 Loyalis Bapak yaitu Haryono Suyono berhasil meraih Phd untuk Bidang Kependudukan dgn spesialisasi Pembatasan Kelahiran Anak Manusia. Tapi kemudian semua itu berujung pada antiklimaks negeri ini justeru Bangkrut baik Moriel apalagi Materiil dgn tumpukan Utang Luar Negeri yang aduhh biyungg sampai ratusan trilyun rupiah begitu. Dan intisari dari semua itu terbukti sudah bahwa Bapak benar2 menggunakan kiat Shang Yang Filsuf Cina Kuno dalam memanage kekuasaan. Lha iki piye Pak?SHT : Ojo ng'gedabrus terus kowe yo PP. Dasar Buatakk gendeng. Ojo lali sampeyan kui kabeh bagian dari proses sejarah yang tak bisa saya hindarkan. Takon Ebiet G. Ade opo maksud e Pak Harto. Ojo nesu2 koyok ngono toh nanda ..PP : Lha urung ono jawaban dari Bapak tentang Menghalalkan segala cara versi Shang Yang?SHT : Sopo Shang Yang? Aku blas nggak pernah moco tentang Shang Yang.PP : Shang Yang adalah seorang Filsuf Klasik Cina yang kesohor dengan nasehatnya kepada Raja Cina ketika itu bahwa jika Tuanku Baginda ingin rakyat ini tunduk dan patuh kepada tuanku, maka berilah rakyatmu MAKAN yang KENYANG tapi jangan sampai KEKENYANGAN dan dalam waktu tertentu yang diperlukan kondisikanlah mereka LAPAR tapi jangan sampai KELAPARAN, sebab ketika tuanku lalai dimana rakyat Kekenyangan atau sebaliknya Kelaparan, maka kedua kondisi itu akan membangkitkan perlawanan rakyat untuk menumbangkan sebuah kekuasaan tanpa ampun. Dan Bapak memanage rakyat selama 32 tahun betul2 dgn The Art of Power versi Shang Yang seperti itu dan bukan dgn versi Nicolo Machiavelli.SHT : Hua ha ha ha ha .. Mosok sih aku koyok ngono nanda?
PP : Lha iyo toh Pak. Bukti e Moral Bangsa ini benar2 bangkrut sampai sekarang sebagai dampak dari Shang-Yang-ism yg Bapak terapkan selama 32 tahun berkuasa di negeri ini. Dari alam barzah ini kan Bapak lebih mudah melihat betapa Rayi Gedeg kuabeh elite politik kita, dimana yg benar adalah salah dan yang salah adalah benar. Dan Utang Luar Negeri? Bukannya dikurangi tapi malah ditambah lagi ditambah lagi dengan menggadaikan semua SDA yg ada di perut bumi negeri ini. Iki piye karep e Pak?
SHT : Mbohlah .. Saiki aku wis tenang nggak ono beban. Tapi bagaimanapun sudahlah, toh Demokrasi sudah mulai berjalan dengan baik di negeri kita. Jokowi yang nanda contohkan tadi saya kira akan membuka babakan baru bahwa Demokrasi itu harus berisi keterbukaan dan kejujuran. Pokoknya jangan Shang Yang - Shang Yang - an lagilah seperti saya dulu. Berikan semua kebaikan yg pernah kita miliki kepada demokrasi kita sekarang. Di zaman saya dulu terlalu banyak penjilat di sekeliling saya. Maka akhir dari kekuasaan saya adalah Tragedi Nasional seperti yang nanda ilustrasikan tadi. Dan lucunya sebagian besar dari mereka para penjilat dan kaum oportunistik itu ternyata sampai sekarang masih menempel ketat di dalam sistem nasional kita. Oleh karena itu, tugas dan tanggungjawab sejarah kalianlah sekarang untuk mengikis habis mereka. Jangan tanya lagi Sby apalagi bertanya kepada Capres2 tuabangka seperti Mega, Prabowo, Jusuf Kalla, Ical dst dst. Tanyalah langsung kepada rakyat opo karep e?
PP : Label demokrasi kita its OK, tapi baru DEMOKRASI SUBSTITUSI yg pasca kelengseran Bapak lebih pas kita sebut sebagai DEMOKRASI PROSEDURAL.
SHT : Ha Ha Ha .. Yg terpenting jangan perdulikan lagi Capres2 tuabangka ya nanda. Kalau kalian kompak menolak mereka dan mulai menoleh mereka yang muda dan berisi, pasti arah demokrasi kita akan benar dan percayalah kebesaran bangsa ini akan bisa diwujudkan sesuai harapan kita bersama. Demikian nanda dan saya mohon pamit teriring Salam Ramadhan buat kalian semua di bumi pertiwi tercinta ini.
PP : Selamat Jalan Mbah, titip salam juga buat Ibu Tien dan seluruh jajaran Angkatan 45 yg telah berada di alam barzah sana ..
PP ATB, 19 Juli, 2012.
Posting Komentar
Berikan komentar anda di halaman ini. Terimakasih ..